Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

PENYAKIT MIKOTOKSIKOSIS PADA AYAM PETELUR DI CV. WIJOYO FARM BANYUWANGI

Telur merupakan sumber protein hewani yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia karena harganya yang relatif murah namun berkualitas. Jumlah produksi telur di suatu peternakan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu, pemilihan bibit yang unggul, kualitas pakan yang baik, iklim dan lingkungan serta manajemen pemeliharaan (Pratama dkk., 2020). Indonesia sebagai negara tropis dengan suhu, curah hujan dan kelembaban tinggi menyebabkan mikroorganisme seperti kapang mudah tumbuh dan berkembangbiak di berbagai komoditas pertanian seperti biji-bijian, bahan pakan, bahan pangan yang rusak dan berkadar air tinggi. Kapang dalam pakan ternak dapat menghasilkan mikotoksin yang berbahaya bagi ternak.

Mikotoksin adalah senyawa toksik metabolit sekunder dari beberapa genus kapang toksigenik yang tumbuh pada bahan pangan dan pakan (Widiyanti dan Maryam, 2016). Mikotoksin dapat mempengaruhi kesehatan manusia dan hewan, serta berdampak terhadap produktivitas dan perekonomian, khususnya pada suatu peternakan ayam baik peternakan ayam petelur maupun ayam pedaging. Kejadian infestasi mikotoksin dapat ditemukan hamper diseluruh wilayah di wilayah Indonesia, salah satunya di peternakan ayam petelur CV. Wijoyo Farm, Banyuwangi.

Kejadian kasus mikotoksikosis di peternakan ayam petelur CV. Wijoyo Farm ditemukan pada ayam petelur Strain Isa Brown umur 46 minggu yang diletakkan pada kandang 4. Tidak ditemukan kejadian serupa di kandang lain yang berisikan ayam petelur Strain Lohmann Brown umur 74 minggu pada kandang 5. Kondisi mikotoksikosis pada ayam petelur tersebut menampakkan gejala ulcer (sariawan) pada rongga mulut yang disebabkan oleh jenis toksin T2 (Angger, 2020). Toksisitas mikotoksin ditentukan oleh dosis/jumlah mikotoksin yang dikonsumsi, rute dan lamanya paparan, spesies, bangsa (breed), umur, jenis kelamin, status kesehatan dan gizi, serta efek sinergis dari berbagai mikotoksin yang secara bersamaan terdapat dalam pakan. (Widiyanti dan Maryam, 2016).

Toksin T2 pada ayam petelur menyebabkan tukak berwarna putih kekuningan pada bagian dalam tepi paruh, dinding rongga mulut bagian bawah, dan esofagus. Selanjutnya pakan yang dimakan oleh ayam akan mengumpul di tukak rongga mulut tersebut hingga terbentuk benjolan pada rongga mulut tepi paruh. Pakan yang terkumpul tersebut dalam jangka waktu tertentu akan tumbuh jamur sehingga berwarna hijau kehitaman.

Telur merupakan sumber protein hewani yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia karena harganya yang relatif murah namun berkualitas. Jumlah produksi telur di suatu peternakan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu, pemilihan bibit yang unggul, kualitas pakan yang baik, iklim dan lingkungan serta manajemen pemeliharaan (Pratama dkk., 2020). Indonesia sebagai negara tropis dengan suhu, curah hujan dan kelembaban tinggi menyebabkan mikroorganisme seperti kapang mudah tumbuh dan berkembangbiak di berbagai komoditas pertanian seperti biji-bijian, bahan pakan, bahan pangan yang rusak dan berkadar air tinggi. Kapang dalam pakan ternak dapat menghasilkan mikotoksin yang berbahaya bagi ternak.

Mikotoksin adalah senyawa toksik metabolit sekunder dari beberapa genus kapang toksigenik yang tumbuh pada bahan pangan dan pakan (Widiyanti dan Maryam, 2016). Mikotoksin dapat mempengaruhi kesehatan manusia dan hewan, serta berdampak terhadap produktivitas dan perekonomian, khususnya pada suatu peternakan ayam baik peternakan ayam petelur maupun ayam pedaging. Kejadian infestasi mikotoksin dapat ditemukan hamper diseluruh wilayah di wilayah Indonesia, salah satunya di peternakan ayam petelur CV. Wijoyo Farm, Banyuwangi.

Kejadian kasus mikotoksikosis di peternakan ayam petelur CV. Wijoyo Farm ditemukan pada ayam petelur Strain Isa Brown umur 46 minggu yang diletakkan pada kandang 4. Tidak ditemukan kejadian serupa di kandang lain yang berisikan ayam petelur Strain Lohmann Brown umur 74 minggu pada kandang 5. Kondisi mikotoksikosis pada ayam petelur tersebut menampakkan gejala ulcer (sariawan) pada rongga mulut yang disebabkan oleh jenis toksin T2 (Angger, 2020). Toksisitas mikotoksin ditentukan oleh dosis/jumlah mikotoksin yang dikonsumsi, rute dan lamanya paparan, spesies, bangsa (breed), umur, jenis kelamin, status kesehatan dan gizi, serta efek sinergis dari berbagai mikotoksin yang secara bersamaan terdapat dalam pakan. (Widiyanti dan Maryam, 2016).

Toksin T2 pada ayam petelur menyebabkan tukak berwarna putih kekuningan pada bagian dalam tepi paruh, dinding rongga mulut bagian bawah, dan esofagus. Selanjutnya pakan yang dimakan oleh ayam akan mengumpul di tukak rongga mulut tersebut hingga terbentuk benjolan pada rongga mulut tepi paruh. Pakan yang terkumpul tersebut dalam jangka waktu tertentu akan tumbuh jamur sehingga berwarna hijau kehitaman.

Penulis: Kelompok PPDH PKL Unggas Kelompok 1D

DAFTAR PUSTAKA

Angger. (2020, July 30). Mulut ayam layer putih Dan Berbau. PT Medion Ardhika Bhakti. https://www.medion.co.id/mulut-ayam-layer-putih-dan-berbau/

Grenier, B., Applegate, T.J. 2012. Reducing the impact of aflatoxins in livestock and poultry. ANSC. Internet.

Pratama, D. P., Tehupuring, B. C., Poetranto, E. D., Eliyani, H., Tyasningsih, W., & Angelina Hendarti, G. 2020. Pengaruh Aflatoksin 9,58 ppb dalam Pakan Terhadap Biometrik Saluran Cerna dan Berat Badan Ayam Petelur Periode Awal Pertumbuhan. Journal of Basic Medical Veterinary Pratama et al. Desember, 2020(2), 69–78.

Widiyanti, P. M., & Maryam, R. 2016. Pemanfaatan bahan pengikat mikotoksin untuk menanggulangi kontaminasinya dalam pakan. Wartazoa, 26(2), 91-101.

Akses Cepat

Buletin Berita

Dapatkan berita terbaru dari kami