Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Kegiatan Diskusi Mahasiswa PPDH 39 di Eks. Lab. Kemajiran FKH UNAIR Sebagai Bekal Ilmu dalam Mengatasi Kasus Gangguan Reproduksi di Lapangan

Hari Rabu, 13 Maret 2024 merupakan hari pertama mahasiswa PPDH Gelombang 39 Tandem 4 Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga menjalani kegiatan di Eks. Lab. Kemajiran Divisi Reproduksi Veteriner FKH UNAIR. Kegiatan ini dimulai dari pukul 08.00 hingga pukul 15.00 dengan beranggotakan tujuh orang mahasiswa yang tergabung dalam satu sub kelompok 4-B. Kegiatan koasistensi ini merupakan salah satu kurikulum dari Pendidikan Profesi Dokter Hewan FKH UNAIR yang bertujuan untuk menghasilkan lulusan dengan kualitas tinggi, bermartabat, mampu mengintregasikan serta mengembangkan ilmu mengenai biologi reproduksi pada hewan terutama dalam hal kasus-kasus gangguan reproduksi dan kemajiran pada ternak yang sering terjadi di lapangan atau di masyarakat peternak. Adapun sub kelompok 4-B ini beranggotakan sebagai berikut:

  1. Talitha Putri Salsabila, S.KH.
  2. Amira Halimah Zahrorona, S.KH.
  3. Ilsa Mifa Nofira, S.KH.
  4. Saumi Kirey Millannia, S.KH.
  5. Luthfiyyah Nur Afifah Siswandi, S.KH.
  6. Azhari Athaillah Sulaiman, S.KH.
  7. Low Bryan, S.KH.

Rangkaian kegiatan di Eks. Lab. Kemajiran Divisi Reproduksi Veteriner FKH UNAIR ini diisi dengan diskusi mengenai berbagai kasus gangguan reproduksi dan kemajiran yang sering ditemukan di lapangan. Diskusi ini dilakukan dengan Prof. Dr. Herry Agoes Hermadi, drh. M.Si dan Prof. Dr. Budi Utomo, drh. M.Si.

Adapun diskusi pada Eks Lab ini yang mengangkat topik gangguan reproduksi yang paling sering terjadi dilapangan tetapi kurang mendapat perhatian baik dari peternak maupun dari dokter hewan sendiri. Topik tersebut adalah mengenai Acute Purpureal Metritis (APM). Menurut MSD Veterinary Manual, APM merupakan infeksi uterus pasca melahirkan yang parah karena mengakibatkan gejala toksemia sistemik. APM sering juga disebut sebagai post-partum metritis, toxic puerperal metritis, atau septic metritis yang dapat muncul 10 hari pertama setelah melahirkan. Kejadian APM sebanyak 2% pada sapi Freisian Holstein di US dianggap normal, sedangkan kejadian APM di Indonesia mencapai angka yang cukup tinggi yakni sekitar 20-30%.

Kejadian APM yang tidak tertangani dengan benar akan menyebar dan menyebabkan endometritis. APM dapat disebabkan oleh beberapa infeksi bakteri, antara lain E. coli, Arcanobacteriumpyogenesis, Fusobacterium necrophorum, Streptococcus sp., dan Staphylococcus sp. Penanganan sapi pasca melahirkan di Indonesia terutama yang berada di peternakan rakyat dapat dikatakan hampir seluruhnya kurang aseptis. Tetapi data kejadian APM yang dilaporkan masih tergolong rendah Hal ini dapat terjadi karena kurangnya peternak dalam mengenali gejala APM yang terjadi setelah melahirkan.

Dengan dilaksanakan diskusi mengenai topik APM ini diharapkan dapat menjadi bekal bagi mahasiswa profesi dokter hewan sehingga saat sudah terjun kelapangan dapat meningkatkan ketelitian dalam diagnosis APM.

Sumber :

MSD Manual Veterinary. 2022. Metritis in Production Animals.

Penulis : PPDH 39 Tandem 4 Kelompok B FKH UNAIR

Akses Cepat

Buletin Berita

Dapatkan berita terbaru dari kami