Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Evaluasi Telur Ayam Berembrio (TAB) yang Tidak Bisa Menetas

Pada hari Rabu tanggal 8 Mei 2024, mahasiswa Pendidikan Profesi Dokter Hewan Gelombang 41 Kelompok 5A yang sedang menempuh kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) Unggas di PT. Sapta Karya Megah Jombang. Perusahan ini bergerak dibidang breeding dan hatchery ayam layer. Kegiatan koasistensi ini difokuskan pada bidang hatchery (penetasan) yang menghasilkan Day Old Chick (DOC) ayam layer. Salah satu kegiatan yang rutin dilakukan setiap 2-3 bulan sekali adalah Pip Embryo Test. Test tersebut dilakukan untuk mengevaluasi penyebab telur berembrio yang tidak dapat menetas dengan mengambil sampel dari kandang 11 dan 12 masing-masing sebanyak 10 butir TAB. Kegiatan ini dilakukan bersama dokter hewan Jamaludin dari PT. Ceva Animal Health selaku salah satu pemasok vaksin di PT. Sapta Karya Megah Jombang.

Pip Embryo Test diawali dengan melakukan eutanasia secara dislokasi cervikalis, kemudian nekropsi telur berembrio yang masih hidup namun tidak dapat menetas. Terdapat lima organ yang diamati yaitu air sac, yolk, hepar, pulmo, dan gizzard. Beberapa indikator yang dapat dinilai, seperti air sac normal berwarna bening dan abnormal berwarna keruh atau terdapat granul, yolk normal berwarna dominan kuning serta konsistensinya kental seperti madu dan abnormal berwarna hijau dengan konsistensi encer, hepar normal berwarna kuning atau oranye dan abnormal berwarna merah tua, pulmo normal berwarna merah muda dan abnormal terdapat bentukan granul, serta gizard normal berwarna kuning dan mukosa organ normal. Gizzard abnormal dibagi menjadi 3 derajat kategori yaitu (+1) terdapat bintik hitam kecil, (+2) persebaran bintik hitam mulai luas, dan (+3) gizzard mengalami lisis yang ditandai dengan warna mukosa pucat. Derajat (+1) dan (+2) biasanya disebabkan oleh kondisi stres pada saat di ruang penghangat sehingga tergolong masih normal. Bentuk abnormal dari embrio dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, seperti Mycoplasma dan Pseudomonas serta infeksi jamur yaitu Aspergillus.

Hasil dan kesimpulan dari kegiatan yang kami lakukan adalah terdapat organ gizzard dengan derajat (+3) yang mencapai 50% pada kandang 12 sehingga perlu dilakukan pengecekan pada hatchability. Apabila nilai hatchability tinggi, maka hasil Pip Embryo Test dapat dikesampingkan.

Kegiatan ini merupakan ilmu yang baru dan belum kami dapatkan dari kampus, sehingga sangat bermanfaat untuk bekal saat menjadi dokter hewan, terutama di bidang perunggasan. Hal tersebut selaras dengan Sustainable Development Goals (SDGs) nomor 4 yaitu Quality Education yang memiliki arti menjamin kualitas pendidikan yang inklusif dan merata serta mempromosikan kesempatan belajar seumur hidup untuk semua orang.

Penulis: PPDH Gelombang 41 Kelompok 5A

Akses Cepat

Buletin Berita

Dapatkan berita terbaru dari kami