Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Penanganan Fraktur Radius pada Anjing Pomeranian dengan Menggunakan Gypsona di RSHP Universitas Airlangga

Chika merupakan anjing jenis Pomeranian betina berumur 11 bulan yang dibawa oleh pemiliknya ke RSHP karena mengalami trauma pada kaki depan akibat terjatuh sehingga membuat anjing chika merasa kesakitan dan pincang ketika berjalan. Dari pemeriksaan fisik didapatkan bahwa secara umum anjing chika memiliki kondisi yang sehat namun mengalami kesakitan ketika dipalpasi pada bagian extremitas cranialis dexter. Oleh karena itu dokter menyarankan untuk dilakukan pemeriksaan X-Ray. Pemeriksaan X-Ray merupakan metode yang banyak digunakan untuk mendiagnosis berbagai kondisi medis karena mampu menampilkan struktur tulang dan organ tubuh. Pemeriksaan ini menggunakan radiasi sinar-X untuk menghasilkan gambar bagian dalam tubuh. 

Hasil pemeriksaan X-Ray menunjukkan bahwa terdapat fraktur pada 1/3 distal radius dexter. Dari hasil tersebut dan pertimbangan umur anjing chika yang masih muda, dokter menyarankan untuk dilakukan pemasangan gypsona untuk menghubungkan bagian yang fraktur.

Pemasangan gypsona diawali dengan pemberian anestesi yaitu ketamine dengan premedikasi acepromazine dan atropine sulfat untuk menghindari adanya pergerakan pada anjing yang dapat mempengaruhi bentuk gypsum dan bandage dan agar anjing tidak merasakan sakit selama prosedur pemasangan gypsona berlangsung. Prosedur pemasangan gypsona pada anjing Chika berjalan dengan lancar namun pada saat kontrol pertama, kurang lebih 2 minggu setelah pemasangan gypsum, kondisi dan posisi gypsum berubah tidak seperti seharusnya saat dipasang pertama akibat anjing yang terlalu aktif dan suka menggigit bandage sehingga dilakukan rekonstruksi gypsona untuk memperbaikinya.

Penanganan kasus Aj. Chika dapat dikaitkan dengan beberapa tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) PBB, yaitu

  • SDG 3: Kesehatan yang baik dan kesejahteraan – Kisah ini menunjukkan bagaimana akses ke layanan kesehatan hewan yang berkualitas dapat membantu hewan peliharaan yang mengalami cedera atau penyakit.
  • SDG 10: Mengurangi ketimpangan dalam dan antar negara – Akses ke layanan kesehatan hewan yang berkualitas seringkali tidak merata, dengan negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah memiliki akses yang lebih terbatas. Upaya harus dilakukan untuk meningkatkan akses ke layanan kesehatan hewan di semua negara.
  • SDG 17: Kemitraan untuk mencapai tujuan – Kisah Chika menunjukkan pentingnya kolaborasi antara dokter hewan, pemilik hewan peliharaan, dan organisasi lain untuk memastikan kesehatan dan kesejahteraan hewan peliharaan.

Kasus penanganan Aj. Chika adalah pengingat bahwa hewan peliharaan kita juga membutuhkan perawatan dan perhatian yang sama seperti manusia. Dengan diagnosis dan pengobatan yang tepat, serta perawatan yang penuh kasih sayang, hewan peliharaan yang mengalami cedera atau penyakit dapat pulih dan menjalani kehidupan yang bahagia dan sehat

Penulis: Maria Keiko Widyastuti (161229208)

Akses Cepat

Buletin Berita

Dapatkan berita terbaru dari kami