Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Gunung Kidul – Kelompok mahasiswa Praktek Kerja Lapangan (PKL) Unggas Kelompok 2D
PPDH Unair Angkatan XLI yang beranggotakan Merisa, Yafi, Elita, Zaid, Anisa, Putri, dan Felyzia
mendapat laporan adanya kematian mendadak 20 ekor ayam pullet berumur 11 minggu milik salah
seorang warga Desa Candirejo, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunung Kidul, DIY, pada Selasa,
07 Mei 2024.
Selain kematian mendadak 20 ekor ayam pullet, sejumlah ayam di kandang yang sama juga
mengalami penurunan kesehatan yang ditandai dengan adanya gejala klinis berupa ayam tampak
menunduk lesu, lemas, “mendekem” atau “nyengkuruk”, bengkak pada mata, bulu kusam, dan
tidak nafsu makan. Menanggapi hal ini, Kelompok PKL 2D dibimbing oleh drh. Fahmi Rihandani
melakukan tindakan nekropsi atau bedah bangkai pada 5 ekor ayam terduga sakit untuk
mengonfirmasi perihal penyebab kematian ayam mendadak pada peternakan tersebut. Tindakan
bedah bangkai dilakukan sebagaimana yang disampaikan drh. Fahmi, bahwa dalam peneguhan
diagnosis suatu penyakit tidak dapat hanya mengandalkan gejala klinik yang nampak dari luar,
melainkan juga diperlukan adanya pemeriksaan penunjang, salah satunya adalah tindakan nekropsi.
Hasil bedah bangkai ayam menunjukkan bahwa beberapa organ mengalami kondisi abnormal
seperti adanya bintik perdarahan pada bursa fabrisius, proventrikulus, dan pembengkakan ginjal.
Berdasarkan gejala klinis dan perubahan patologi-anatomi yang dijumpai saat bedah bangkai,
diduga ayam mati mendadak akibat penyakit Infectious Bursal Disease (IBD) atau yang lebih
dikenal dengan sebutan Gumboro.
Gumboro merupakan salah satu penyakit akibat infeksi virus yang patut diwaspadai oleh sektor
peternakan unggas, salah satunya peternakan ayam petelur. Penyakit ini bersifat imunosupresif
atau dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh, sehingga ayam dapat mudah terserang penyakit
akibat stessor atau agen infeksius lain. Pada ayam petelur periode pullet, sifat imunosupresif
penyakit Gumboro dapat menjadi petaka bagi peternak mengingat periode pullet merupakan kunci
keberhasilan fase produksi ayam petelur.
Saat ini, pemilik peternakan pullet tersebut telah melakukan pemisahan kandang bagi ayam yang
terduga positif Gumboro dengan maksud untuk menekan penyebaran penyakit yang lebih jauh.
Pengobatan bagi ayam terduga Gumboro dilakukan dengan memberikan paracetamol dan
hexamine yang telah disesuaikan dengan dosis terapi. Selain dilakukan pengobatan, penting untuk
menerapkan program vaksinasi yang tepat, memperhatikan aspek biosekuriti dan sanitasi kandang,
serta melakukan pemberian vitamin secara rutin, hal ini dilakukan sebagai langkah pencegahan
penyebaran penyakit Gumboro, sehingga turut menjaga ketahanan pangan yang sesuai dengan tujuan SDGs nomor 2, yaitu
zero hunger.

Ditulis oleh
Kelompok PKL Unggas 2D PPDH Unair XLI

Akses Cepat

Buletin Berita

Dapatkan berita terbaru dari kami