Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Hipertropi Cardiomyopathy (HCM) pada Anjing Pomeranian

Perkenalkan saya Putri Ariska Salsabila mahasiswa PPDH 40 tandem 5. Pada saat ini saya sedang menjalani stase klinik, pertama saya di tempatkan di Klinik K-One Surabaya. Banyak kegiatan yang saya lakukan selama di stase klinik ini, mulai dari menerima pasien, melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik, membantu jalannya pemeriksaan penunjang, serta terapi. Terdapat salah satu pasien yang sangat berkesan di saya, yaitu anjing pomeranian berusia 8 tahun yang bernama Choki (gambar 1).

Anjing Choki datang dengan keluhan batuk dan memiliki riwayat cardiomegali. Dilakukan pemeriksaan fisik dan ditemukan adanya aritmia jantung. Lalu dokter memutuskan beberapa diagnosa banding, yaitu hipertropi cardiomyopathy (HCM), dilated cardiomyopathy (DCM), dan kennel cough. Untuk melakukan peneguhan diagnosa, dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang, yaitu EKG Jantung, X-ray, dan USG Jantung. Pemeriksaan penunjang pertama yang dilakukan adalah X-ray dan ditemukan adanya cardiomegali dengan VHS 13,7 (gambar 2). Pada EKG jantung didapatkan hasil adanya 2nd Degree Heart Block. Setelah dilakukan EKG, kami menunggu anjing sedikit tenang setelah itu dilakukan USG Jantung. Berdasarkan hasil USG Jantung ditemukan abnormalitas yaitu penebalan dinding ventrikel jantung (gambar 3). Berdasarkan seluruh pemeriksaan penunjang, disimpulkan bahwa anjing choki menderita hipertropi cardiomyopathy (HCM). 

Terapi yang dilakukan adalah pemberian vitamin-vitamin jantung yaitu coenzim q-ten, vitamin E, dan omega 3, serta dilakukan exercise ringan pada pagi dan sore hari. Selain itu, anjing choki juga diberikan pakan khusus cardio. Kondisi anjing choki setelah dilakukan terapi dan exercise ringan yaitu batuk mulai berkurang.

Pengalaman stase klinik ini terkait dengan beberapa Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) PBB, yaitu:

  • SDG 3: Kesehatan yang baik dan kesejahteraan: Memberikan akses terhadap layanan kesehatan hewan yang berkualitas, termasuk diagnosis dan pengobatan penyakit jantung, merupakan bagian penting dari SDG 3.
  • SDG 10: Mengurangi ketimpangan dalam dan antar negara: Akses terhadap layanan kesehatan hewan yang berkualitas masih belum merata di semua negara. Upaya untuk meningkatkan akses ini perlu dilakukan.
  • SDG 17: Kemitraan untuk mencapai tujuan: Kolaborasi antara dokter hewan, staf rumah sakit hewan, dan pemilik hewan peliharaan sangat penting untuk memastikan diagnosis dan pengobatan yang tepat bagi hewan.

 

Berdasarkan penjabaran diatas, kasus Choki menunjukkan pentingnya pemeriksaan kesehatan hewan secara berkala, terutama pada hewan dengan riwayat penyakit jantung. Diagnosis dan terapi yang tepat dapat membantu hewan peliharaan hidup lebih lama dan berkualitas.

 

Penulis: Putri Ariska Salsabila

Akses Cepat

Buletin Berita

Dapatkan berita terbaru dari kami