Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Koass Klinik Veteriner dan RSHP

Pada Selasa, 4 Juni 2024 datang pasien bernama kucing Nita di RSHP Unair. Ibu Cucuk, selaku owner mengeluhkan bahwa kucingnya sudah tiga hari tidak mau makan, berat badan mengalami penurunan, serta mukosa nampak berwarna kuning atau jaundice. Akhir tahun 2023, kucing Nita sudah pernah diperiksakan ke klinik lain dengan keluhan yang sama, namun tidak mengalami perkembangan yang bagus pada gejala jaundice-nya. Saat dilakukan pemeriksaan fisik di dalam poli meliputi, pemeriksaan temperatur menunjukkan angka normal yaitu 39.1°C, pulsus 144/menit, dan respirasi 48/menit, dengan berat badan 1kg, dan kucing masih sangat nampak aktif. Saat dilakukan pemeriksaan fisik di dalam poli, terlihat bahwa mukosa mata, telinga, gingiva, dan keempat footpad-nya tampak jaundice. Setelah melalui proses konsultasi dengan Prof. Wiwik Misaco Yuniarti, drh., M.Kes, sebagai dokter hewan senior jaga pada hari itu, beliau menyarankan untuk dilakukan pemeriksaan penunjang yaitu testkit FIPV. Diagnosa penunjang lainnya yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan darah, namun kondisi kucing Nita tidak memungkinkan untuk dilakukan pengambilan darah.

Cara kerja testkit FIPV adalah dengan mendeteksi adanya antibodi FIPV pada serum darah, cairan ascites, atau cairan pleura kucing. Prinsip kerja yang digunakan pada testkit FIPV berdasarkan sandwich method lateral flow immunochromatographic assay. Sampel yang digunakan untuk pemeriksaan testkit berupa serum darah kucing Nita, yaitu sebanyak 120μL. Sampel darah diambil dari vena cephalica (2ml), menggunakan tabung vacuum plain selanjutnya serum diteteskan pada kaset sampel hole dengan waktu pengujian 5-10 menit. Jika spesimen mengandung antigen FIPV, akan muncul garis pada huruf T dan C. Setelah dilakukan pemeriksaan menggunakan testkit, hasil yang keluar adalah negatif FIPV. Hasil negatif FIPV ditandai dengan hanya terdapat satu garis saja pada kontrol.

Hasil negatif dari rapid testkit tidak selalu menjadi patokan dalam mendiagnosa penyakit FIPV, ada beberapa pemeriksaan penunjang lainnya yang dapat dilakukan seperti USG (ultrasonografi), radiografi, analisisis darah (kimia darah dan whole blood).

Pemberian terapi yang diberikan saat berada di poli adalah primperan sebagai antiemetic, antibiotik vicilin®, dan biodin sebagai support energy. Untuk terapi rawat jalan, Prof Wiwik memberikan resep antibiotik spektrum luas berupa Amoxicillin, Urdafalk yang mengandung ursodeoxycholic acid untuk memperbaiki proses metabolisme liver, dan B-plex untuk memenuhi kebutuhan vitamin. Diagnosa sementara kucing Nita adalah cholangiohepatitis, dengan prognosa dubius.

Penanganan kasus kucing Nita ini juga relevan dengan beberapa tujuan dalam Sustainable Development Goals (SDGs). Salah satunya adalah SDG nomor 3: Kehidupan Sehat dan Kesejahteraan. Penanganan medis yang tepat dan profesional terhadap hewan peliharaan juga mendukung kesejahteraan pemilik hewan dan masyarakat secara umum. Dengan demikian, upaya ini juga berkontribusi pada kesehatan dan kesejahteraan yang lebih baik.

Selain itu, tindakan ini juga mendukung SDG nomor 15: Kehidupan di Darat. Perawatan yang baik terhadap hewan peliharaan menunjukkan kepedulian terhadap kesejahteraan hewan, yang merupakan bagian penting dari ekosistem darat yang sehat dan berkelanjutan.

Dengan demikian, tindakan yang dilakukan oleh tim RSHP Unair tidak hanya membantu kucing Nita untuk mendapatkan perawatan yang dibutuhkan tetapi juga mendukung pencapaian beberapa tujuan dalam SDGs.

Penulis: Amatullatifa Mutia Zahra dan Dona Amelia Safitri

Akses Cepat

Buletin Berita

Dapatkan berita terbaru dari kami