Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

MARAKNYA KASUS LUMPY SKIN DISEASE (LSD) DI KABUPATEN JEMBER MENJADI ANCAMAN SERIUS TERHADAP PETERNAKAN LOKAL

Akhir-akhir ini, penyakit Lumpy Skin Disease (LSD) marak terjadi pada sapi di Indonesia yang dimulai dari temuan kasus pertama pada Bulan Februari 2022 di Provinsi Riau (Dinas Perikanan dan Peternakan Pemerintah Kabupaten Banyumas, 2023). Penyebaran penyakit ini sangat cepat hingga mewabah hampir ke seluruh wilayah di Indonesia, termasuk Kabupaten Jember yang memiliki populasi sapi cukup tinggi. Hal ini sejalan dengan temuan kasus terbesar kami selama Kegiatan Praktik Kerja Lapangan Ternak Besar (PKL TB) pada tanggal 26 Februari – 22 Maret 2024 di bawah Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Kabupaten Jember.

Lumpy Skin Disease (LSD) adalah infeksi virus Lumpy Skin Disease Virus (LSDV) yang termasuk dalam Family Poxviridae dan menyebabkan pembentukan benjolan atau kutil pada kulit. Umumnya penyakit ini ditemukan pada sapi, baik sapi potong maupun perah. Namun, ruminansia lain seperti kerbau dan kambing juga dapat terinfeksi virus ini. Penyebaran LSD dapat terjadi melalui kontak langsung antara hewan yang terinfeksi maupun melalui vektor seperti nyamuk dan serangga penghisap darah lainnya. Selama kurun waktu hampir satu bulan selama PKL di tiga puskeswan Kabupaten Jember (Tempurejo, Mayang dan Rambipuji), kasus LSD yang ditemui mahasiswa koas kelompok 1D kurang lebih mencapai 92 kasus dan tersebar secara merata pada puskeswan-puskeswan yang ada.

Lumpy Skin Disease adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh Lumpy Skin Disease Virus. Virus ini merupakan virus non-zoonosis yang mengandung materi DNA genetik dari genus Capripoxvirus dan famili Poxviridae1. Virus ini biasanya menyerang sapi dan kerbau. Penyakit ini ditularkan melalui serangga penghisap darah seperti nyamuk, lalat, dan kutu. Infeksi langsung melalui kontak langsung dengan lesi kulit.

Gejala klinis LSD pada sapi diawali dengan demam tinggi hingga lebih dari 40.5°C, penurunan nafsu makan, leleran hidung dan mata, serta pembengkakan limfonodus subscapula dan prefemoralis. Selain itu, dapat terjadi edema pada kaki. Lesi kulit berupa nodul dengan ukuran 1-7 cm biasanya ditemukan pada bagian kepala, leher, kaki, dan ekor sapi. Pada kasus LSD yang berat, nodul-nodul ini ditemukan di hampir seluruh bagian tubuh sapi (Aditya, 2023).

Penyakit tersebut merupakan ancaman bagi peternakan sapi dan kerbau karena dapat menyerang semua umur dan bangsa sapi dan kerbau. Faktor risiko terbesar pada sapi muda dan fase laktasi/menyusui. LSD memiliki dampak perekonomian yang serius karena apabila tidak ditangani dengan tepat dapat menyebabkan kerusakan permanen pada kulit hewan sehingga terjadi penurunan nilai komersil hewan (Dirjen PKH, 20204).

Petugas paramedis maupun dokter hewan di lapangan tidak hanya memberikan penangaan secara langsung terhadap penyakit LSD, namun juga memberikan edukasi terkait cara pencegahan dan meyakinkan peternak atau memberikan mental support bahwa hewan akan sembuh total tanpa  meninggalkan bekas luka yang dapat menyebabkan harga jual sapi menurun. Pada saat wabah melanda banyak oknum yang memanfaatkan mental peternak untuk membeli hewan mereka dengan harga yang sangat murah.

Mahasiswa koas dilapangan belajar secara langsung upaya penanganan dan pencegahan dari penularan LSD ketika melaksanakan kegiatan praktik kerja lapangan ternak besar (PKL TB) di Jember. Pengendalian penyakit LSD dengan cara melakukan pemisahan ternak yang mengalami gejala LSD ke kandang isolasi, vaksinasi, dan pengendalian vektor. Pengobatan penyakit LSD yang diberikan di lapangan cukup bervariasi. Pada prinsipnya harus dilakukan penanganan simpomatis terutama terhadap luka pada nodul yang terbentuk pada permukaan kulit, demam, dan peradangan sebagai respon tubuh hewan terhadap penyakit. Penanganan kedua fokus terhadap penyebab atau kausatif, LSD disebabkan oleh penyakit virus maka penanganan diberikan dengan memberikan vitamin sebagai immune support agar tubuh dapat mengeliminasi agen penyebab penyakit.

Berdasarkan penjelasan diatas, kegiatan PKL Ternak Besar (PKL TB) di Jember yang fokus pada penanganan wabah Penyakit Kulit Lumpy (LSD) pada sapi dapat dikategorikan dalam SDG 1: Tanpa Kemiskinan, SDG 2: Tanpa Kelaparan, dan SDG 3: Kesehatan dan Kesejahteraan yang Baik.

Penulis: Kelompok PPDH PKL Ternak Besar 1D

 

Daftar Pustaka

Aditya. (2023). https://bag-sda.malangkab.go.id/pd/detail?title=Aditya-waspada-penyakit-lumpy-skin-desease-lsd

Dinas Perikanan dan Peternakan Pemerintah Kabupaten Banyumas. (2023). Waspada lumpy skin disease: https://dinkannak.banyumaskab.go.id/news/41176/waspada-lumpy-skin-disease-ancaman-baru-sapi-dan-kerbau-mulai-masuk-ke-kabupaten-banyumas

Dirjen PKH. (2024). Direktorat jenderal Peternakan Dan Kesehatan hewan. BALAI BESAR VETERINER WATES. https://bbvetwates.ditjenpkh.pertanian.go.id/index.php/article/lumpy-skin-disease-ancaman-baru-sapi-dan-kerbau-indonesia

Dinas Perikanan dan Peternakan Pemerintah Kabupaten Banyumas. 2023. Waspada Lumpy Skin Disease: Ancaman Baru Sapi dan Kerbau Mulai Masuk ke Kabupaten Banyumas.

Akses Cepat

Buletin Berita

Dapatkan berita terbaru dari kami