Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Kasus Langka Pada Kucing Klinik Luar Kampus

Pada hari Senin tanggal 15 Januari 2024, memasuki stase Klinik Luar Kampus (LK) yang merupakan tahapan dari Pendidikan Profesi Dokter Hewan (PPDH) sebelum memasuki stase Klinik di Rumah Sakit Hewan Pendidikan (RSHP) FKH Universitas Airlangga. Kegiatan LK ini mulai tanggal 15 Januari sampai 3 Februari 2024 di klinik Carovet Dokter Hewan yang terletak di Jalan Raya Wiyung Kecamatan Wiyung Kota Surabaya. Hari pertama di Carovet di beri briefing oleh drh. Hartanta Barus selaku pemilik Carovet, apa saja yang harus diperhatikan dan dilakukan selama 3 minggu LK di Carovet.

Pertama kali masuk Carovet ada seekor kucing yang menyita perhatian melihat fisik kucing ini memiliki ciri yang khas dibanding kucing lainnya di Carovet,  kucing mengalami Alopesia atau kerontokan pada bulu di bagian badan hingga kaki selain itu di beberapa bagian kulit badan dan kaki kucing tersebut berkerak selama disana penasaran apa yang menyebabkan kucing ini alopesia apakah terinfeksi jamur atau parasit. Dilakukan beberapa tes untuk memastikan kucing tersebut terinfeksi jamur atau parasit dimulai dilakukan tes Dermatophyte Test Medium (DTM) dengan sampel kerak pada kulit dan hasilnya negatif, selanjutnya tes parasit dengan metode scraping pada area kulit berkerak dan tes feses metode natif hasilnya pun negatif. Setelah melakukan beberapa tes ini kucing tersebut diberikan treatment seperti diberikan antibiotik, multivitamin, vitamin untuk menjaga kesehatan dan kelembapan kulit, dan makanan yang memenuhi gizi untuk membantu recovery kucing selama rawat inap di Caroet kucing tersebut seringkali minum dibanndingkan makan, dan produksi urin meningkat tiap harinya.

Beberapa minggu kedepan kucing tersebut drop seperti tidak mau makanan kering sehingga diganti dengan makanan basah untuk minum masih mau dan diberikan treatment infus oleh tim dokter hewan Carovet selang beberapa hari kucing ini tambah drop seperti tidak mau makan sama sekali dan tidak mau minum sama sekali, lemas dengan reaksi rebahan sehingga tim dokter hewan Carovet menyuapinya agar ada nutrisi yang masuk. Tim dokter hewan Carovet pun dibuat kebingungan oleh kasus kucing tersebut apa yang menyebabkan tiba-tiba drop padahal sudah dilakukan beberapa tes dan diberikan makanan yang memenuhi kebutuhan gizi si kucing. Akhirnya tim dokter hewan Carovet menghubungi mengabarkan kondisi kucing tamba drop dan meminta izin owner si kucing untuk dilakukan uji kimia darah untuk mendeteksi respon hormonal yang tidak normal si kucing hasilnya ada beberapa indikator yang naik seperti kadar glukosa, alanine, amylase dll.

Tim dokter hewan Carovet melakukan diskusi bersama setelah melihat hasil uji kimia darah dan merekap beberapa hasil tes yang lainnya dan mengamati tingkah laku kucing tersebut selama beberapa minggu ini, setelah berdiskusi panjang menyimpulkan kucing tersebut suspect cushing sydrome, kenapa masih diberikan status suspect karena harus dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang lainnya seperti Low Dose Dexametasont Suppression Test (LDDST), Adrenocorticotropic Hormone (ACTH), CT Scan dan MRI, USG, maupun Urinalysis.

Penyakit Cushing Syndrome atau dengan nama lain Hiperadrenocorticism adalah penyakit sindrom langka pada kucing, menyerang kucing berusia paruh baya hingga tua yang disebabkan meningkatnya produksi hormon kortisol oleh kelenjar adrenal (Brum, 2015). Gejala klinis meliputi sering melakukan urinasi (Poliuria), sering minum (Polidipsia), banyak makan (Polifagia), kerontokan bulu (Alopesia), kulit menjadi rapuh (mudah memar, robek, berkerak, dan tipis), perut bawah menggantung (Pot bellied), kelemahan otot, penurunan berat badan, dan pembengkakan hati (Hepatomegali) jika di USG maupun CT Scan.

Dari kasus ini pentingnya merawat dan menjaga dengan sepenuh hati memelihara kucing ataupun hewan lainnya yang sudah kita adopsi karena kesehatan hewan merupakan tanggung jawab owner karena setiap hari bertemu dan memberi makan dan minum sehingga lebih mengerti kondisi hewan tiap waktu dan pentingnya memberi makanan yang bergizi, jika hewan sudah mengalami gejala abnormal sebaiknya segera datang ke dokter hewan jangan menunggu hewan tersebut drop baru dibawa ke dokter hewan. Pemberian vaksinasi juga penting untuk menjaga imunitas hewan, memang vaksinasi tidak bisa menyembuhkan suatu penyakit tetapi bisa mencegah gejala yang lebih parah dari penyakit tersebut.Hal ini juga sejalan dengan poin SDGs (Sustainable Development Goals) nomor 3 tentang Kesehatan dan Kesejahteraan, SDGs 3 mengharuskan kita untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan bagi semua orang, termasuk hewan.

Penulis : Septiawan Aji Dwi Purnomo

NIM: 161229227

Akses Cepat

Buletin Berita

Dapatkan berita terbaru dari kami