Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Musim Tak Menentu, Waspadai Feline Panleukopenia Virus pada Kucing Kesayangan

Pada tanggal 15 Januari 2024 hingga 3 Februari 2024, mahasiswa Pendidikan Profesi Dokter Hewan (PPDH) UNAIR Angkatan 40 menjalani stase Klinik Luar Kampus sebelum masuk pada stase Klinik di Rumah Sakit Hewan Pendidikan (RSHP) FKH Universitas Airlangga. Beberapa mahasiswa ditempatkan pada beberapa klinik hewan di Kota Surabaya salah satunya adalah Carovet Klinik yang berada di Jalan Wiyung. Selama tiga minggu disana, mahasiswa dibimbing oleh dokter hewan yang hebat seperti drh Hartanta Barus, drh Ambara, drh Robert, drh Maria, drh Lina, dan drh Siska. Banyak owner yang mempercayakan hewan peliharaan kesayangannya khususnya kucing serta anjing ke Carovet karena pelayanannya yang memuaskan, oleh karena itu banyak sekali kasus-kasus penyakit yang ditangani oleh para dokter. Kasus penyakit yang paling banyak ditemui adalah Feline Panleukopenia Virus (FPV)

            Feline Panleukopenia Virus disebabkan oleh virus yang bernama Parvovirus. Virus ini tidak bersifat zoonosis yang memiliki arti dari hewan menular ke manusia begitu juga sebaliknya. Namun virus ini adalah virus yang berbahaya bagi kucing lainnya, karena menyebar dengan cepat dan menyerang kucing di segala usia yaitu kitten, muda, dan dewasa. Parvovirus termasuk virus yang dapat bertahan di lingkungan dengan waktu yang lama jika lingkungan tidak didesinfeksi dengan baik.

            Parvovirus disebarkan dari kucing yang sakit ke yang sehat baik secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung kucing dapat tertular melalui feses, air liur, atau urin. Bisa saja saat pemilik tanpa sadar sedang berada di luar, kemudian ia mengelus kucing yang lain terduga parvovirus dan setelah pulang ke rumah ia tak mencuci tangannya secara bersih ia bisa membawa virus tersebut ke rumah kemudian ia mengelus kucingnya. Beberapa hari kemudian, kucing miliknya sakit.

Gejala klinis dari kucing yang terinfeksi parvovirus adalah ia mengalami muntah, diare lembek seperti bubur hingga cair, demam, tak mau makan, penurunan berat badan yang signifikan karena ia tak mau makan (anoreksia), mengalami dehidrasi, dan kucing tampak depresi. Depresi kucing dapat ditandai dengan kucing suka menyendiri di pojokan, mencari tempat sempit dan gelap, serta kucing yang aktif banyak menghabiskan waktunya untuk tidur. Masa inkubasi dari parvovirus sangat cepat berkisar 2-4 hari. Beberapa kucing bahkan tidak menunjukkan gejala apapun dan bisa drop keesokan harinya.

Kucing Meme yang opname karena positif Feline Panleukopenia Virus

(Sumber  : Dokumentasi Pribadi)

Seperti kasus yang kami terima saat melaksanakan kegiatan klinik luar kampus, banyak owner yang memeriksakan kucingnya dan gejala yang didapati mengarah ke Feline Panleukopenia Virus. Untuk memastikan bahwa kucing terinfeksi parvovirus, maka owner akan ditawarkan untuk melaksanakan rapid test yang biasa disebut Test Kit FPV Ag. Jika tampak dua garis setipis apapun bentuk garis tersebut, maka hasilnya adalah kucing positif terinfeksi parvovirus.

Test Kit FPV Ag Positif

(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

            Kejadian yang dialami oleh kami pada saat Klinik luar kampus dalam waktu satu hari kami menerima sebanyak 6 kucing yang memiliki hasil positif pada test kit. Dari 6 kucing yang datang yang di opname adalah 4 ekor kucing, yaitu kucing Hazel, Meme, Putih, dan Burik dengan rentang waktu kedatangan yang tidak jauh berbeda. Dengan perawatan intensif dari para dokter hewan profesional yang terus dipantau, Kucing Hazel, Meme, dan Burik dinyatakan sembuh namun kucing Putih dinyatakan meninggal saat berusaha melawan parvovirus yang menyerang tubuhnya.

            Maka dari itu, beberapa saran pencegahan untuk menghindari Feline Panleukopenia Virus adalah melakukan vaksin pada kucing secara rutin, menjaga kebersihan lingkungan tempat kucing tinggal, memperhatikan nutrisi kucing peliharaan, membiasakan diri untuk mencuci tangan dan menganti baju sebelum menyentuh kucing di rumah setelah keluar rumah, dan jika sudah ada salah satu kucing yang tampak sakit maka owner dengan segera memisahkan kucing tersebut dari kucing yang sehat. Edukasi dari dokter hewan kepada owner kucing juga sangatlah penting agar penyakit ini dapat diminimalisir penularannya.

            Dengan adanya koassistensi pada klinik Carovet dapat memberikan saya pandangan bahwa masih banyak owner hewan yang seharusnya menjaga kesehatan binatang yang mereka pelihara terutama kucing kesayangan mereka, sehingga para dokter hewan wajib mengedukasi kepada para pemilik binatang peliharaan akan bahaya suatu penyakit, bagaimana cara penularannya, serta bagaimana cara mencegahnya. Hal ini sesuai dengan konsep Sustainable Development Goals (SDGs) nomer 3 yaitu Good Health and Well Being karena tidak hanya manusia yang memiliki kesehatan yang harus dijaga dengan baik, namun hewan juga harus disejahterahkan melalui kesehatan dan lingkungannya. Kegiatan klinik luar kampus juga selaras dengan konsep Sustainable Development Goals (SDGs) nomer 4 yaitu Quality Education karena dengan adanya kegiatan belajar di luar kampus memberikan para mahasiswa koass banyak pengalaman dalam menangani pasien serta hal-hal yang tidak didapatkan di kampus.

Nama : Frida Aulya Arningdiah

Akses Cepat

Buletin Berita

Dapatkan berita terbaru dari kami