Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

FKH UNAIR – Sebanyak 20 mahasiswa S1 Kedokteran Hewan Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Airlangga (UNAIR) melakukan praktikum pemeriksaan fisik pada seekor sapi. Kegiatan ini berlangsung pada Kamis (18/04/2024) di Kandang Pelatihan Sapi FKH UNAIR, Kampus MERR-C, Surabaya.

Seorang dokter hewan harus mampu menentukan diagnosis pada hewan yang sakit. Untuk itu, pemeriksaan fisik diperlukan untuk membantu dokter hewan mendiagnosis dengan menemukan keadaan-keadaan abnormal yang dialami oleh hewan. Mewujudkan hal tersebut, Divisi Klinik Veteriner FKH UNAIR memberikan kesempatan belajar pada mahasiswa kedokteran hewan.

Dengan mengambil mata kuliah Ilmu Penyakit Dalam Hewan Besar, mahasiswa semester 6 dapat mengetahui tata cara pemeriksaan fisik pada hewan besar. Dalam mendukung proses pembelajaran mahasiswa, FKH UNAIR menyediakan kandang pelatihan sapi sehingga mahasiswa dapat mengaplikasikan pengetahuan yang sudah didapatkan di bangku perkuliahan.

Prof Dr Wiwik Misaco Yuniarti drh M Kes, salah satu dosen Klinik Veteriner, menjadi pembimbing praktikum pada Kamis pagi tersebut. Prof Wiwik menjelaskan bahwa pemeriksaan fisik harus dilakukan secara menyeluruh, tidak boleh ada bagian yang terlewatkan. Hal itu, lanjut Prof Wiwik, dikarenakan agar dokter hewan tidak terkecoh dan salah dalam menentukan diagnosa.

Pemeriksaan Fisik Menyeluruh

Dibantu oleh tiga mahasiswa Pendidikan Profesi Dokter Hewan (PPDH). Mahasiswa S1 terjun langsung ke kandang dan berlatih melakukan pemeriksaan fisik pada seekor sapi betina yang tersedia. Pemeriksaan dimulai dari tampak depan sapi seperti melihat mukosa mata, mulut, dan hidung sapi. Informasi dasar seperti jenis dan umur sapi yang sedang diperiksa juga menjadi awal permulaan praktikum ini.

Dilanjut dengan memeriksa tanda-tanda vital sapi seperti suhu tubuh, denyut nadi, hingga suara pernapasan. Metode pemeriksaan yang dilakukan adalah inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. Inspeksi yaitu pemeriksaan dengan mengamati sapi tersebut seperti Body Condition Score (BCS), kondisi kulit dan rambut, hingga apakah ada pembesaran pada abdomen. Kemudian, palpasi adalah metode pemeriksaan dengan menyentuh tubuh pasien seperti melakukan tes Capillary Refill Time (CRT) yaitu menekan gusi sapi.

Sedangkan, Perkusi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan mengetukkan jari tangan pada permukaan tubuh. Dan Auskultasi yaitu mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh menggunakan stetoskop seperti suara jantung, pernapasan, dan bising usus. Selain pemeriksaan fisik, mahasiswa juga mempelajari lokasi pemberian obat dan handling-restraint pada hewan besar.

Hasil dari praktikum pemeriksaan tersebut yaitu sapi kemungkinan mengalami helminthiasis, dibuktikan dengan pertumbuhan rambut yang tidak searah, berdiri, dan kering, juga perut yang cenderung buncit. Namun, tidak ditemukan ektoparasit pada kulit sapi tersebut.

 

Penulis: Kelompok 5 & 15 IPDHB 2024

Akses Cepat

Buletin Berita

Dapatkan berita terbaru dari kami