Program Pendidikan Profesi Dokter Hewan (PPDH) merupakan suatu tahapan lanjutan yang
harus ditempuh oleh mahasiswa kedokteran hewan untuk menyandang gelar Dokter Hewan.
Berbagai divisi maupun stase yang wajib ditempuh oleh tiap mahasiswa, salah satunya adalah
Divisi Reproduksi sub bidang ilmu kemajiran. Pelaksanaan koasistensi di Laboratorium
Kemajiran dilaksanakan selama 7 hari yaitu pada 17 sampai 26 Juli 2023 dan diikuti oleh 7
Mahasiswa PPDH XXXVIII Tandem 1 Kelompok B yang terdiri atas Nur Mariyam Kusuma,
S.KH; Agung Mujiburrahman, S.KH; Muhammad Rizqi Pratama, S.KH; Lilis Nur Aisyah,
S.KH; Fenny Rahmadianita, S.KH; Cynthia Retno Wulandari, S.KH; serta Devia Yoanita
Kurniawati, S.KH. Kegiatan diskusi dilakukan secara rutin dan intensif bersama dosen
pembina bidang kemajiran guna memperdalam ilmu reproduksi ternak sebagai bekal
keprofesian dokter hewan di masa mendatang.
Sapi adalah salah satu sumber protein hewani dan merupakan komoditas andalan dalam negeri.
Berbagai program percepatan peningkatan populasi ternak sapi terus diupayakan oleh
pemerintah dalam rangka optimalisasi reproduksi. Namun, tantangan utama yang dapat
menghambat keberhasilan optimalisasi reproduksi adalah gangguan reproduksi atau kemajiran.
Kemajiran (mandul) merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan terjadinya gangguan
proses reproduksi pada ternak jantan maupun betina yang disebabkan oleh beragam faktor.
Daya reproduksi yang rendah akan meningkatkan angka kemajiran dan menurunkan
produktivitas sapi. Derajat keparahan kemajiran pada ternak terbagi atas derajat ringan dan
derajat berat. Derajat ringan atau infertilitas tergolong pada kondisi kemajiran yang bersifat
sementara dan akan mencapai tingkat kesembuhan apabila dilakukan pengobatan secara
intensif. Sedangkan pada derajat keparahan dengan level yang lebih berat, sapi penderita
memiliki tingkat kesembuhan yang rendah walaupun dilakukan pengobatan secara intensif,
sehingga sapi tidak dapat bereproduksi kembali secara sempurna.
Munculnya berbagai gangguan reproduksi pada sapi menurut Prof. Dr. Budi Utomo, drh.,
M.Si., dapat diakibatkan oleh faktor yang bersifat infeksius melalui perantara agen
mikroorganisme seperti bakteri, virus, protozoa, serta fungi atau jamur. Faktor penyebab lain
yang bersifat non infeksius seperti gangguan metabolisme, defisiensi nutrisi/pakan, kondisi
lingkungan serta faktor hormonal turut berkontribusi menyebabkan gangguan kesuburan pada
ternak sapi.
Guru besar bidang ilmu kemajiran Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga, Prof.
Dr. Wurlina Meles, drh., MS., menyebutkan beragam kasus kemajiran yang sering terjadi di
Indonesia diantaranya Brucellosis, Repeat Breeding, Hipofungsi Ovarium, Corpus Luteum
Persisten, Endometritis, Cystic Ovary, dan Retensio Secundinae. Selain itu, Hypoplasis Ovary,
Prolapsus Uteri, Pyometra, Distokia, serta Vaginitis.
Adapun tindakan pencegahan gangguan reproduksi pada sapi dapat dilakukan adalah dengan
memperhatikan manajemen pemeliharaan seperti pemenuhan nutrisi yang baik, sanitasi
lingkungan kendang, serta pemeriksaan Kesehatan secara berkala,
Penulis: Mahasiswa PPDH Gelombang 38 Tandem 1 (Sub Kelompok B)
Artikel yang sangat menarik dan memberikan wawasan baru. Terima kasih banyak!kunjungi Tel U
Luar Biasa FKH UNAIR
Sukses Selalu