Melihat banyak peternak yang kehilangan ayam akibat flu burung menggerakkan Prof Suwarno. Dia lantas melakukan penelitian selama sekitar lima tahun. Hasilnya food supplement berbentuk spray untuk unggas. Khususnya ayam.
SENYUM ramah Suwarno langsung mengembang menyambut Jawa Pos di sebuah ruang Departemen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Rabu (16/11).
Sebuah pemandangan mencolok, berjajar delapan produk hasil penelitiannya di salah satu lemari kaca. Ada vaksin, kit alat pendeteksi, hingga obat penangkal penyakit pada hewan.
Delapan produk tersebut terbungkus rapi dalam kardus. Menurut label di setiap kemasan itu, terlihat pula fungsi yang berbeda.
Ada yang khusus untuk penyakit rabies, ada pula alat pendeteksi dini penyakit bronkitis pada ternak unggas. Terutama ayam.
’’Ada yang baru dan siap dipasarkan, food supplement untuk mengobati ternak yang terkena virus avian influenza (flu burung),’’ kata Suwarno, guru besar bidang ilmu virologi dan imunologi FKH Unair, itu.
Suwarno mengungkapkan, dua cairan dalam
berwarna putih encer tersebut mengandung dua komponen ampuh penangkal virus yang memiliki subbab H5N1 itu.
Botol kesatu berisi anti-hemagglutinin, sedangkan botol kedua berisi anti-neuraminidase.
Dua cairan tersebut merupakan hasil ekstraksi
yang diambil Suwarno dari komponen pembentuk virus flu burung. Yakni, hemagglutinin (Ha) dan neuraminidase (Na).
Prihatin. Itulah yang memantik pria kelahiran 15 Mei 1961 tersebut untuk membuat food supplement buat ternak ayam. Sejak terindikasi pada 2003, jumlah korban meninggal akibat tertular virus flu burung cukup besar.
Berdasar data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO), di Indonesia selama 2003–2016 tercatat ada 167 orang meninggal dari total 199 kejadian. Tidak hanya membahayakan manusia.
Wabah flu burung berdampak besar pada kelangsungan hidup peternak unggas. Sebab, persebaran avian influenza sangat cepat.
’’Jika ada satu ternak terkena flu burung, bisa dipastikan ternak lain dalam satu kandang yang semula sehat akan langsung tertular virus. Ayam-ayam itu perlahan lemas, kemudian mati,’’ papar laki-laki asal Tuban itu.
Serangan virus yang masif pada ayam, menurut Suwarno, terjadi lantaran struktur ayam yang sangat lemah menghambat jalannya virus. Ayam pun memiliki banyak reseptor.
Virus H5N1 begitu mudah masuk di segala organ dalam. ’’Kalau terkena flu burung, umumnya sekujur tubuh ayam akan bereaksi. Ditandai dengan warna merah di sekujur tubuh,’’ ujar guru besar ke-421 Unair itu.
Kondisi tersebut, lanjut dia, berbeda dengan manusia yang terkena virus itu di bagian paru. Sejak 2009 Suwarno mulai bergerak. Pria yang telah mengantongi sembilan paten produksi obat itu terus melakukan uji laboratorium.
Dengan
ekstraksi, Suwarno menggunakan media telur untuk proses pengambilan bibit protein yang mengandung jenis virus pembentuk flu burung.
Setelah dimasukkan ke dalam kuning telur tersebut, protein kemudian berubah menjadi antibodi yang bisa menangkal virus.
Untuk memperkuat efektivitas antibodi tersebut, Suwarno menggunakan tambahan susu pertama sapi (colostrum), vitamin, dan asam amino.
Tiga bahan itu saling melengkapi masing-masing bahan protein yang sebelumnya diekstraksi. ’’Tiga campuran bahan tersebut akan menambah daya tahan tubuh ayam,’’ tutur wakil dekan III FKH Unair itu.
Suwarno memastikan food supplement racikannya memiliki efektivitas tinggi untuk membunuh virus flu burung. Mencapai 100 persen kesembuhan.
Hasil tersebut berdasar uji laboratorium dan praktik lapangan yang telah dikerjakan selama lima tahun. Nilai plusnya, pemberian food supplement mudah.
Tinggal semprot 1 mililiter ke mulut ayam atau dicampurkan ke minuman ternak. Bukan via suntikan.
Untuk jenis unggas lain seperti itik, entok, dan angsa, food supplement buatan Suwarno efektif hingga 80 persen.
Perbedaan itu terjadi lantaran sistem kekebalan tubuh itik lebih kuat dibandingkan ayam.
’’Jadi, kalau ingin memberikan food supplement untuk itik, sebenarnya juga bisa. Tinggal diganti saja komponen virus pembentuknya,’’ jelasnya.