Pada penyelenggaraan 3rd International Conference on Veterinary Medicine and Health Sciences (ICVMHS) Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga pada tanggal 6 Juli 2023, 2 orang staf dosen Divisi Patologi Veteriner, Dr Annise Proboningrat, drh., M.Si dan Bilqisthi Ari Putra, drh., M.Si bertugas menjadi moderator.
ICVMHS 2023 menampilkan Dr. drh. Nuryani Zainuddin M.Si dari Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan sebagai keynote speaker dan 11 pembicara dari beberapa Universitas dari berbagai negara di dunia sebagai invited speaker. Dr Annise Proboningrat, drh., M.Si dan Bilqisthi Ari Putra, drh., M.Si memoderatori pembicara asal Malaysia, Prof. Dato Dr. Mohd Azmi Mohd Lila, dekan Veterinary Medicine Faculty, Universiti Putra Malaysia dan pembicara dari FKH Unair, Prof. Muhammad Yunus, DVM., M.Health., Ph.D.
Menjadi seorang moderator, bukan tugas yang mudah, apalagi moderator bagi konferensi tingkat internasional. Dari hasil bincang-bincang dengan Dr Annise Proboningrat, drh., M.Si., bisa disimpulkan bahwa sebagai moderator event ICVMHS perlu persiapan yang matang. Dia memiliki kiat-kiat tertentu dalam mempersiapkan tugas tersebut, antara lain ; melakukan riset singkat tentang narasumber yang akan menjadi pemateri, mengenai latar belakang beliau baik dari curriculum vittae, akun jejaring sosial scientist & academist, maupun bidang publikasi beliau dari beberapa database internasional. Hal berikutnya adalah mempelajari secara singkat tentang topic atau materi yang akan beliau bawakan, agar bisa mendapat gambaran dan lebih memudahkan dalam memahami materi beliau pada saat berlangsungnya acara. Selanjutnya hal yang tak kalah penting adalah menyiapkan moderator script dan melatih pronunciation dan intonasi dalam bahasa inggris sebaik mungkin.
Tidak jauh beda pendapat Dr Annise dan Bilqisthi Ari Putra, drh., M.Si. Menurut Drh Bilqisthi , tugas sebagai moderator adalah memimpin jalannya sesi diskusi dan memoderasi jalannya diskusi. Harus mampu membantu pemateri untuk menyampaikan penekanan inti dan tujuan utama dari materi kepada peserta. Tidak dapat dipungkiri, terkadang peserta juga hilang konsentrasi saat pembicara menyampaikan materi. “Maka untuk membuka fokus diskusi biasanya saya memberikan highlight materi yang mungkin akan mengundang peserta untuk mencari tahu, kemudian mengajukan pertanyaan”, ujarnya.
Drh Bilqisthi menambahkan, bahwa semua tentunya kembali ke antusiasme peserta terhadap materi yang disampaikan, situasi cukup sulit apabila peserta sudah tidak memiliki atensi yang baik, sehingga moderasi diskusi juga akan gagal. Menurutnya, di sisi pemateri, situasi juga bisa sulit ketika penyampaian dan penjelasan kurang memberikan atensi peserta. Dalam forum ilmiah tentunya peserta sudah memiliki kapabilitas berpikir kritis dan penalaran yang cukup. Sehingga tugas pembicara dan moderator yang memberikan umpan atau feed terhadap kemampuan mereka.
Dalam mengendalikan waktu yang disediakan panitia, terkadang moderator mengalami kesulitan ketika materi pembicara belum tuntas tersampaikan. “Saya pernah menghadapi hal ini, jika memungkinkan saya akan memberi perpanjangan maksimal 5 menit, tetapi jika waktunya sudah tidak memungkinkan, saya akan mengingatkan pembicara dengan sopan, dan pada umumnya pembicara dapat mengerti hal itu”, Dr Annise menuturkan.
Untuk kesan-kesan sebagai moderator hampir sama apa yang disampaikan oleh Drh bilqisthi dan Dr anise. “Saya rasa menyenangkan sekaligus menegangkan. Menyenangkan karena saya bisa menambah pengalaman dalam public speaking, bertemu dan berinteraksi dengan banyak orang, khususnya para expert yang menjadi narasumber dengan ilmu dan keahliannya yang sangat menarik dan luar biasa. Tidak jarang juga membuat rasa tertekan dan menegangkan, terutama jika saya masih belum terlalu memahami materi yang dibawakan, tetapi harus tetap bisa dilalui karena the show must go on”, demikian Dr Annise menutup penjelasannya melalui wawancara chat WhatsApp.
Penulis : Plumeriastuti.